Penerapan Metode Artikulasi Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VIII SMPN 31 Seluma

86 views

Share :

Photoroom-20240824_190737

Artikel Pendidikan 

Toni Afrizal, S.Pd.I                                                                                                                                                          Mahasiswa PPG Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Bengkulu ( UINFAS )                              toniafrizal66@guru.smp.belajar.id

ABSTRAK                                                                                                                                                                        Rumusan masalah yang akan dikaji sebagai yaitu apakah penerapan metode Artikulasi dapat meningkatkan keaktifan belajar PAI siswa kelas VII SMPN 31 Seluma. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah penerapan metode artikulasi dapat meningkatkan keaktifan belajar PAI siswa kelas VIII SMPN 31 Seluma. Berdasarkan analisis hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan Metode Artikulasi dapat meningkatkan keaktifan belajar PAI siswa kelas VII SMPN 31 Seluma hal ini dapat dilihat dari siswa antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, siswa banyak diberi kesempatan untuk mengalami atau melakukan sendiri, mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan kreatif, menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menyenangkan, sedangkan guru dapat memahami dan mengenal siswa secara perorangan. Persentase keaktifan siswa dari kondisi awal yaitu 50 % meningkat pada siklus I menjadi 70 % dan menjadi 85 % pada siklus III. Persentase ketuntasan belajar secara klasikal juga mengalami peningkatan setelah menggunakan metode artikulasi yaitu pada kondisi awal sebesar 53,12% naik menjadi , dan pada siklus II meningkat menjadi 84,37 % dan pada silus ke III menjadi sebesar 93,75%.

Kata Kunci: Metode Artikulasi, Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar.

.
1. PENDAHULUAN

Pemenuhan terhadap pendidikan keagamaan berbarengan perubahan pola
pikir dan pola hidup masyarakat yang membutuhkan kemampuan beradaptasi yang
cepat untuk menghimpun informasi baru yang dibutuhkan sebagai peningkatan nilai-
nilai sosial dan perilaku siswa sehingga siswa mampu mengenali perkembangan
kehidupan dan pesatnya pengetahuan dengan cermat dan dewasa.
Pendidikan Islam memiliki penegasan yang jelas antara haq dan bathil,
sehingga dapat dijadikan pedoman dan penghayatan nilai-nilai budi pekerti yang luhur
dan menjauhkan manusia dari sikap buruk yang terdapat dalam diri setiap manusia.
Pendidikan Islam memberikan motivasi yang positif agar dapat memberikan yang
terbaik serta meningkatkan kualitas hidup manusia menjadi makhluk yang
bermartabat.

2

Inti dari Pendidikan Islam yaitu peningkatan keyakinan diri bahwa manusia
memiliki kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah SWT yaitu beribadah. Jangkauan
ibadah dalam Pendidikan Islam sangat luas, bukan hanya ibadah mahdzoh melainkan
juga segala bentu kegiatan hidup manusia secara keseluruhan yang telah diniatkan
untuk mencari keridhoan Nya semata. Ganjaran dan hukuman dalam pendidikan Islam
bergantung pada individu masing-masing yang diberi kebebasan untuk memilih jalan
hidupnya sendiri.
Pemunculan kreativitas guru sebagai ujung tombak kebangkitan kembali harkat
dan martabat bangsa yang sedang terpuruk. Perlunya kesadaran bersama dari segala
unsur elemen masyarakat untuk mengidentifikasi bahwa pendidikan khususnya
pendidikan moral dan keagamaan adalah satu-satunya jalan untuk melakukan
penyelamatan bangsa Indonesia saat ini. Kebangkitan ini akan sangat sulit untuk
dilakukan secara sendiri-sendiri karena begitu banyak masalah yang yang berlarut-
larut masih belum terselesaikan.
Pendidikan Agama Islam yang sebagian membahas tentang hal ketuhanan, jika
guru tidak memiliki metode yang tepat bagi siswa akan menimbulkan lebih banyak
kebingungan dan kerancuan pemahaman materi. Sehingga siswa dapat salah dalam
aplikasi dikehidupan sehari-hari. Keabstrakan yang dimiliki pembelajaran Agama Islam
memiliki tingkat kesulitan yang besar untuk "membumikan” konsep moral yang ada.
Pemahaman pada dasar-dasar yang menjadi sumber pokok ajaran menjadi kebutuhan
dan rujukan utama siswa agar sesuai dengan kemampuan ilustrasi yang dimiliki.
Visi dan misi pendidikan agama adalah terbentuknya sosok anak didik yang
memiliki karakter, watak dan kepribadian dengan landasan iman dan ketakwaan serta
nilai-nilai akhlak atau budi pekerti yang kokoh tercermin dalam keseluruhan sikap dan
perilaku sehari-hari untuk selanjutnya memberi corak bagi pembentukan watak
bangsa (Tim, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2001a: v).
Begitu besar peran pendidikan agama dalam penegakan budi pekerti yang luhur dalam
kehidupan bangsa. Penentu masa depan anak bangsa dengan berlandaskan kekuatan
karakter keagamaan yang membentuk watak yang akan menjadi ciri khas kehidupan
yang luhur sehingga dapat mengangkat harkat diri dan bangsa yang mampu dan mau
mengemban amanat yang dibebankan dengan penuh tanggung jawab.

3

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa
dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya
kitab suci Al-Qur'an dan Hadist, melalui bimbingan, pengajaran, latihan serta
penggunaan pengalaman (Budiansyah, 2003 :1).
Berdasarkan observasi awal penulis pada siswa kelas VII SMPN 31 Seluma
diketahui bahwa metode yang digunakan dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam
kurang dapat membangkitkan motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran Pendidikan
Agama Islam. Hal ini terbukti dengan banyaknya siswa yang masih ramai sendiri dan
sibuk bercanda dengan teman sebangkunya dan begitu juga keaktifan belajar siswa
sangat rendah karena strategi yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam didominasi dengan ceramah yang mengakibatkan siswa kurang aktif dalam
belajarnya disini terbukti bahwa siswa kurang memperhatikan pelajaran yang
disampaikan oleh sang guru.
Metode pembelajaran artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti
pesan berantai, artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib
meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Di sinilah
keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai
‘penerima pesan’ sekaligus berperan sebagai ‘penyampai pesan.’
Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa
aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-
masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman
kelompoknya tentang materi yang baru dibahas. Konsep pemahaman sangat
diperlukan dalam metode pembelajaran ini.
Dari latar belakang tersebut di atas, maka penulis akan menelaah mengenai:
"Penerapan Metode Artikulasi Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar PAI Siswa
Kelas VII SMPN 31 Seluma”.

2. METODE PENELITIAN
a. Jenis penelitian

4

Jenis penelitian ini adalah penelitin tindakan kelas (PTK). Menurut
Sukmadinata (2008: 142) penelitian tandakan kelas ini merupakan suatu proses
yang memberikan kepercayaan kepada pengembangan kekuatan berfikir refleksi,
diskusi penentuan keputusan dan tindakan oleh orang-orang biasa berpartisipasi
dalam penelitian kolektif dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi
dalam kegiatan.
b. Tempat dan Waktu Penelitian

Sukardi (2011: 53) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tempat
penelitian adalah tempat dimana proses studi yang digunakan untuk memperoleh
pemecahan masalah penelitian berlangsung. Penelitian ini akan dilaksanakan di
SMPN 31 Seluma pada semester ganjil tahun ajaran 2023/2024.
c. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 31 Seluma
yang berjumlah 32 orang. Peneilitian ini akan dilksanakan pada semester genap
tahun ajaran 2023/2024
d. Prosedur Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Kemmis dan Taggart
(dalam Wiriaatmadja, 2005: 66), menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas
diawali dengan pengamatan tahap awal untuk mengetahui permasalahan di kelas,
kemudian dilakukan perbaikan dengan tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi yang akan menjadi satu siklus. Penjelasan dari masing-
masing tahap adalah sebagai berikut:

e. Teknik pengumpulan Data
1) Observasi

5

Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau
cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2008: 220). Observasi
dilakukan dengan mengamati keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar
serta mengevaluasi semua tindakan yang dilakukan dalam penelitian. Teknik
pengamatan ini didasarkan atas pengamatan secara langsung.
2) Tes

Menurut Arikunto (2006: 223) instrumen yang berupa tes dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Tes
ini dilakukan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa kelas VII
SMPN 31 Seluma pada bidang studi PAI setelah diterapkannya metode artikulasi.
3) Dokumentasi

Data diambil dari guru kelas yaitu pada buku nilai siswa. Dari data
tersebut peneliti dapat melihat bagaimana nilai siswa selama proses belajar
mengajar dan hasil evaluasi yang di adakan oleh guru kelas.
f. Teknik Analisis Data

Statistik deskriptif yang akan digunakan dalam analisis ini adalah dengan
menghitung rata-rata skor keaktifan siswa dengan skala:
(a) Range interval : 3 – 1 = 2
(b) n : 3
67,0
3
2

n
Range Interval


Sehingga diperoleh hasil rata-rata variabel:
1,00 – 1,67: Kurang Baik
1,68 – 2,35 : Sedang
2,35 – 3,00 : Baik
Klasifikasi aktifitas siswa
0% – 39% = Sangat Kurang

6

40%-55% = Kurang
56%-65% = Cukup
66%-79% = Baik
80%-100% = Sangat Baik
3. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pada siklus I keaktifan siswa selama proses pembelajaran masih belum
mencapai harapan yang ditargetkan yaitu keaktifan siswa secara klasikal sebesar
75%. Keaktifan siswa pada siklus I sebesar 70% masih dalam kategori baik, namun
secara keseluruhan hasil belum menunjukkan peningkatan yang diinginkan.
Pada siklus II keaktifan siswa mengalami peningkatan yang sangat berarti.
Nilai aktivitas siswa secara klasikal telah mencapai 85%. Ini berarti indikator
keberhasilan keaktifan siswa telah tercapai yaitu keaktifan siswa secara klasikal
sebesar 75%. Keberhasilan ini didorong oleh pengelolaan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru yang selalu memberikan dorongan kepada siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran yang diterapkan memberikan peluang
bagi siswa untuk berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran tersebut.
Keberhasilan ini juga didorong oleh sikap siswa yang sudah menyenangi atau
merespon secara positif terhadap metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI.
Peningkatan aktivitas siswa tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1

Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Per Siklus
Keterangan Pra Siklus Siklus I Siklus II
Rata-Rata 2 3 3
% 50 70 85
Kriteria Kurang Baik Sangat Baik
Optimalisasi hasil belajar siswa berupa hasil tes akhir diukur dari
ketercapaian ketuntasan belajar secara klasikal dan nilai rata-rata kelas yang
didapat oleh siswa. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil belajar siklus I,
sebagai gambaran ketuntasan klasikal, maka diketahui hasil tes akhir siklus I
belum mencapai ketuntasan klasikal. Ketuntasan klasikal hasil tes akhir pada
siklus I hanya sebesar 84,375% atau hanya 27 siswa yang mencapai ketuntasan
individual. Hasil post test tersebut belum sesuai dengan indikator ketuntasan

7

belajar secara klasikal yang ditetapkan yaitu 85%. Hasil tes akhir siklus I telah
menunjukkan peningkatan dari hasil belajar kondisi awal yaitu 79,41%.
Kurang optimalnya hasil belajar siswa pada siklus I disebabkan juga guru
belum dapat mengkondisikan kelas dengan baik yang ditunjukkan dengan
masih banyaknya siswa yang ramai sendiri selama proses pembelajaran, dan
terdapat siswa yang nampak bosan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Hasil ini perlu ditindak lanjuti dengan mengoptimalkan pembelajaran PAI
menggunakan metode artikulasi pada kegiatan pembelajaran siklus II untuk
membiasakan siswa belajar dengan metode artikulasi, dan lebih memotivasi
siswa agar aktif dalam proses pembelajaran.
Hasil belajar yang telah dicapai pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan
dari siklus I dimana pada siklus I ketuntasan klasikal hanya 79,41%, sedangkan
pada siklus II ketuntasan klasikal telah mencapai 93,75% dimana ada 30 siswa yang
mencapai ketuntasan individual. Ini berarti hasil siklus II telah mencapai indikator
keberhasilan tindakan yaitu ketuntasan klasikal sebesar 85%.
Hal ini tidak terlepas dari kemampuan siswa dalam mengikuti pola
pembelajaran dengan menggunakan metode artikulasi dengan baik, di samping
itu kemampuan guru dalam mengelola kelas juga mendukung keberhasilan dalam
pembelajaran. Guru harus mampu untuk menyusun kegiatan belajar yang
mendorong siswa menjadi aktif, berorientasi pada tujuan dan juga proses serta
sesuai dengan siklus belajar.
Sebagai gambaran kuantitatif terhadap keberhasilan peningkatan hasil
belajar atau prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI dengan penerapan
metode artikulasi ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 11

Nilai hasil Tes Siswa Per Siklus
No Keterangan Perolehan

Pra siklus Siklus I Siklus II

1 Nilai maksimum
yang diperoleh 40 50 60
2 Nilai minimum yang
diperoleh 70 80 90
3 Nilai rata-rata 65 70 82
4 Jumlah siswa yang
tidak tuntas 15 5 2

8

5 Jumlah siswa yang
tuntas belajar 17 27 30
6 Persentase
ketuntasan klasikal 53,12% 84,37% 93,75%

Peningkatan hasil belajar siswa dalam bentuk diagram dapat dilihat pada
grafik berikut ini:

pra siklusSIKLUS ISIKLUS II
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90

6570

82NILAI RATA-RATA

4. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan
metode artikulasi dapat meningkatkan keaktifan belajar PAI siswa kelas VIII SMPN 31
Seluma hal ini dapat dilihat dari siswa antusias dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar, siswa banyak diberi kesempatan untuk mengalami atau melakukan sendiri,
mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan kreatif, menciptakan
ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menyenangkan, sedangkan guru dapat
memahami dan mengenal siswa secara perorangan. Persentase keaktifan siswa dari
kondisi awal yaitu 50 % meningkat pada siklus I menjadi 70 % dan menjadi 85 % pada
siklus III. Persentase ketuntasan belajar secara klasikal juga mengalami peningkatan
setelah menggunakan metode artikulasi yaitu pada kondisi awal sebesar 53,12% naik

9

menjadi , dan pada siklus II meningkat menjadi 84,37 % dan pada siklus ke III menjadi
sebesar 93,75%.
REFERENSI
Arifin, 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Paktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Asmaran AS. 2002. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Daradjat, Zakiah.2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: BumiAksara
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar Dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Srategi Pembelajaran.Bandung: Refika
Aditama
Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Ihsan Fuad. 2010. Dasar-Dasar kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Ilyas Yunahar. 2006. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: LPPIUMG.
Masitoh, Dewi dan Laksmi Dewi. 2012. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam kementerian Agama RI.
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Munir. M 2003. Metode Dakwah. Jakarta: Jakarta: Putra Grafika
Narbuko Cholid 2009. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Bimi Aksara
Prayitno dan Belferik Manulang. 2010. Pendidikan Karakter Dalam Membangun Bangsa.
PT Grasindo, Jakarta.
Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Rohani, Ahmadi. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Pt rineka Cipta, Jakarta.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Gravindo Persada,
Jakarta.
Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda.                                                          10 Suryosubroto, 2009. Proses Belajar Mengajar Disekolah. Rineka Cipta, Jakarta.
Tafsir Ahmad. 2007. Metodelogi Pembelajaran Agama Islam. Bandung: PT Remaja
RosdaKarya
Uno, Hamzah B. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan
Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remadja Rosdakarya.
Yamin, Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Gaung Persada Pres , Jakarta.

Posted in

Berita Lainnya

Berita Terbaru

webad_pasang-iklan

Video

Video

Terbaru
Populer

This is tab content. Click to edit this text. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.

Teknologi

Visitor

  • 0
  • 3
  • 184,914
  • 30,664