Saturday, 15 March 2025
00:16 AM
Artikel Pendidikan
Tommy Julian
SMK Negeri 1 Kota Bengkulu
Email: tommyjulian31@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan mengoptimalkan etika berbicara siswa kelas XI SMKN 1 Kota Bengkulu pada materi “Bukti Beriman dengan Memelihara Lisan” melalui media visual berupa video animasi. Latar belakang penelitian ini adalah kurang optimalnya etika berbicara siswa, baik di sekolah maupun masyarakat, diperparah dengan pengaruh media sosial. Penelitian ini berfokus pada peningkatan keterampilan berbicara santun, meliputi penggunaan bahasa yang sopan, intonasi yang tepat, dan sikap menghargai lawan bicara. Subjek penelitian adalah 15 siswa kelas XI. Metode yang digunakan adalah PTK dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data dikumpulkan melalui observasi, tes, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan signifikan keterampilan berbicara santun siswa setelah penerapan video animasi. Siswa lebih termotivasi belajar, mudah memahami konsep, dan mampu menerapkannya. Kesimpulannya, video animasi efektif mengoptimalkan etika berbicara dan direkomendasikan sebagai strategi pembelajaran alternatif.
Kata kunci : Etika Berbicara, Memelihara Lisan, PTK
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan pondasi penting dalam membangun karakter dan membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas. Di era digital yang dipenuhi informasi dan interaksi tanpa batas, keterampilan b erkomunikasi, khususnya etika berbicara, menjadi krusial. Etika berbicara bukan hanya sekadar menyampaikan pesan, melainkan juga mencerminkan kepribadian, nilai-nilai, dan rasa hormat terhadap orang lain. Di lingkungan sekolah, etika berbicara yang baik berperan penting dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif, menjalin hubungan positif antar siswa, dan membentuk karakter siswa yang berakhlak mulia.
Namun, realita di lapangan menunjukkan bahwa etika berbicara siswa masih perlu ditingkatkan. Observasi di SMKN 1 Kota Bengkulu, khususnya di kelas XI, mengindikasikan masih banyak siswa yang belum sepenuhnya menerapkan etika berbicara yang baik. Beberapa permasalahan yang ditemukan antara lain: penggunaan bahasa yang kurang sopan, sering menyela pembicaraan, kurang memperhatikan lawan bicara, dan cenderung menggunakan bahasa gaul yang tidak sesuai dengan konteks formal. Permasalahan ini diperparah dengan maraknya penggunaan media sosial yang seringkali mengabaikan kaidah etika berkomunikasi. Bahasa yang digunakan di media sosial cenderung informal, singkat, dan terkadang tidak memperhatikan kesopanan. Hal ini berdampak pada pola komunikasi siswa di dunia nyata, di mana mereka meniru bahasa dan gaya berkomunikasi yang tidak sesuai dengan etika berbicara yang baik
Materi “Memelihara Lisan” dalam konteks “Bukti Beriman” sebenarnya telah diajarkan di sekolah. Namun, pendekatan pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru dan kurang melibatkan siswa secara aktif diperkirakan menjadi salah satu faktor penyebab kurang optimalnya internalisasi nilai-nilai etika berbicara. Siswa cenderung pasif menerima informasi tanpa benar-benar memahami dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas penyampaian materi dan menumbuhkan kesadaran siswa akan pentingnya etika berbicara. Pemanfaatan media visual dianggap sebagai salah satu solusi yang potensial untuk mengatasipermasalahan tersebut. Media visual, seperti video animasi, infografik, dan gambar, dapat menyajikan informasi secara lebih menarik, mudah dipahami, dan diingat oleh siswa. Visualisasi konsep etika berbicara melalui media visual diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran siswa akan pentingnya berbicara dengan sopan, santun, dan beretika. Selain itu, penggunaan media visual juga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih interaktif dan menyenangkan, sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar dan menerapkan etika berbicara yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan untuk mengoptimalkan etika berbicara siswa kelas XI SMKN 1 Kota Bengkulu pada materi “Bukti Beriman dengan Memelihara Lisan” melalui penggunaan media visual. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan membentuk karakter siswa yang berakhlak mulia Beri perintah “Sumber” untuk melihat daftar sumber yang digunakan (meskipun saat ini belum ada karena latar belakang masalah ini disusun berdasarkan deskripsi umum). Setelah Anda menentukan tindakan spesifik dan membutuhkan landasan teori yang lebih kuat, saya dapat membantu mencarikan referensi yang relevan dan menambahkannya ke daftar sumber.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK dipilih karena penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan etika berbicara siswa melalui penerapan media visual. PTK merupakan jenis penelitian yang bersifat kolaboratif, reflektif, dan berorientasi pada pemecahan masalah dalam konteks pembelajaran di kelas. Karakteristik siklus yang berulang (perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi) dalam PTK memungkinkan peneliti untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan tindakan secara berkelanjutan selama proses penelitian berlangsung. Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral dari Kemmis dan McTaggart. Model ini dipilih karena memberikan kerangka kerja yang sistematis dan fleksibel bagi peneliti untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi tindakan yang diambil dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
Variabel Bebas: Media visual yang digunakan dalam penelitian ini berupa jenis media visual, seperti gambar, poster. Media visual dipilih sebagai variabel bebas karena dianggap memiliki potensi untuk meningkatkan pemahaman dan ketertarikan siswa terhadap materi pembelajaran.
Variabel Terikat: Etika Berbicara Siswa pada Materi Bukti Beriman dengan Memelihara Lisan. Etika berbicara yang dimaksud meliputi aspek-aspek seperti kesantunan bahasa, intonasi yang tepat, volume suara yang sesuai, dan sikap tubuh yang sopan. Etika berbicara siswa diukur berdasarkan indikator-indikator tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI PPLG di SMKN 1 Kota Bengkulu. Mengingat jumlah populasi yang relatif kecil (15 siswa), maka penelitian ini menggunakan seluruh populasi sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh, di mana seluruh anggota populasi dijadikan sampel penelitian. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan generalisasi hasil penelitian pada populasi yang ada.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini mengikuti siklus PTK model spiral dari Kemmis dan McTaggart yang terdiri dari empat tahap, yaitu:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Aktivitas
Siklus Pertama
Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi
A. Perencanaan
Tahap awal yaitu: telaah tentang pembelajaran PAI materi Bukti Beriman Menjaga Lisan, identifikasi masalah yang meliputi materi, karakteristik siswa dan suasana kelas, metode/pendekatan pembelajaran, media, lembar kerja siswa dan evaluasi, serta menyusun RPP dan menyiapkan lembar pengamatan.
B. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran siklus I pada siswa kelas XI PPLG SMKN 1 Kota Bengkulu dilaksanakan pada tanggal 28 November 2024 pukul 09.30-12.00. Materi pada kegiatan mengajar 1 adalah Bukti Beriman Menjaga Lisan. Pelaksanaan siklus I dilakukan dalam satu kali pertemuan, yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Uraian kegiatan pelaksanaan pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan Pendahuluan
2) Kegiatan inti
Kegiatan inti (105 menit)
3) Kegiatan penutup
Kegiatan Observasi dilaksanakan dengan bekerjasama antara peneliti dengan melibatkan rekan kerja untuk mengamati keterampilan berpikir kritis ketika pelaksanaan pembelajaran PAI materi Bukti Beriman Menjaga Lisan menggunakan Metode Diskusi dan Media Audio Visual. Hasil observasi sikap spiritual pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Hasil Observasi Sikap Spiritual Siswa Siklus I
No | Nama siswa | Skor Sikap Spiritual | Jumlah Skor |
Nilai |
|||
1 | Abdul Hanif | 100 | 100 | 100 | 100 | 400 | 100 |
2 | Alvira Berliana | 100 | 100 | 100 | 100 | 400 | 100 |
3 | Andini Fitri | 100 | 100 | 100 | 100 | 400 | 100 |
4 | Cantika | 75 | 100 | 50 | 100 | 325 | 81.25 |
5 | Echa Dwi | 100 | 100 | 100 | 100 | 400 | 100 |
6 | Laura Afifah | 100 | 100 | 100 | 100 | 400 | 100 |
7 | Siva Aprilia | 75 | 100 | 100 | 100 | 375 | 93.75 |
8 | Rarahswita Tantri | 75 | 100 | 75 | 50 | 300 | 75 |
9 | Qya Galuh | 75 | 100 | 50 | 100 | 325 | 81.25 |
Jumlah Perolehan Skor | 831.25 | ||||||
Rata-rata | 92.36 | ||||||
Kategori | Sangat Baik |
Penyelesaian Masalah
Hasil observasi menunjukkan bahwa sikap spiritual siswa berada pada kategori sangat baik dengan rata-rata nilai 94,79. Ini berarti bahwa siswa semakin konsisten dalam menginternalisasi nilai-nilai agama seperti ketaatan dalam beribadah, keikhlasan, dan rasa syukur.
Beberapa siswa seperti Cantika, Rarahswita, dan Qya menunjukkan skor yang lebih rendah (69 dan 88). Ini menunjukkan bahwa meskipun nilai mereka masih dalam kategori baik, ada beberapa aspek spiritual seperti ketekunan dalam beribadah dan penghormatan terhadap ajaran agama yang memerlukan bimbingan tambahan.
Pada siklus berikutnya, diperlukan perhatian lebih kepada siswa yang belum mencapai hasil maksimal dalam aspek spiritual. Guru dapat memberikan penguatan melalui kegiatan refleksi yang lebih mendalam, seperti diskusi tentang pengalaman spiritual pribadi siswa dan bagaimana mereka menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan pembelajaran berbasis pengalaman, seperti simulasi peran atau permainan yang berkaitan dengan nilai-nilai agama, dapat ditambahkan untuk membantu siswa yang memerlukan dorongan tambahan dalam pengamalan nilai- nilai tersebut.
2. Refleksi Sikap Sosial
Kelebihan:
Rata-rata nilai sikap sosial siswa mencapai 91,67, yang termasuk dalam kategori sangat baik. Sebagian besar siswa, seperti Andini, Echa, Siva dan Qya menunjukkan kemampuan yang sangat baik dalam bekerja sama, bertanggung jawab, disiplin, dan toleransi.
Peningkatan ini didukung oleh penggunaan metode diskusi yang mendorong interaksi antar siswa dalam kelompok, sehingga melatih mereka untuk bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain.
Meskipun mayoritas siswa menunjukkan peningkatan dalam sikap sosial, beberapa siswa seperti Abdul Hanif dan Laura masih menunjukkan nilai yang relatif lebih rendah (75). Hal ini menunjukkan bahwa mereka mungkin memerlukan lebih banyak kesempatan untuk berlatih kerjasama dan tanggung jawab dalam situasi kelompok.
Guru perlu memberikan simulasi tugas kelompok yang lebih kompleks pada siklus berikutnya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama. Melalui tugas yang lebih menantang, siswa akan mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan kemampuan sosial mereka.
Selain itu, guru dapat memberikan penguatan melalui apresiasi kepada siswa yang menunjukkan kerjasama yang baik, serta memberikan arahan khusus kepada siswa yang masih perlu perbaikan.
3. Refleksi Pengetahuan (Kognitif)
Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran terbukti berhasil dalam membantu sebagian besar siswa memahami materi dengan lebih baik, yang tercermin dari nilai-nilai mereka.
menunjukkan bahwa meskipun metode pembelajaran yang digunakan efektif untuk sebagian besar siswa, masih ada siswa yang memerlukan bimbingan individual atau pendekatan yang lebih intensif untuk memahami konsep yang diajarkan.
Guru perlu memberikan remedial untuk siswa-siswa yang belum mencapai ketuntasan. Remedial dapat dilakukan dengan pendekatan individual atau pembelajaran kelompok kecil yang fokus pada penguatan konsep-konsep yang sulit dipahami.
Pada siklus berikutnya, instrumen evaluasi dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mengevaluasi pemahaman siswa dalam konteks yang lebih aplikatif, misalnya melalui soal-soal berbasis studi kasus atau tugas yang mengharuskan siswa menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media visual seperti video pendek, infografis, dan poster edukatif sangat efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi “Bukti Beriman dengan Memelihara Lisan”. Media visual membantu siswa lebih fokus, meningkatkan daya ingat, dan mempermudah penguasaan konsep etika berbicara. Selain itu, penerapan praktik langsung seperti simulasi berbicara dan diskusi kelompok turut mendukung peningkatan keterampilan siswa dalam berbicara secara santun
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan signifikan pada pemahaman dan keterampilan siswa dari kondisi awal yang rendah hingga mencapai tingkat yang optimal pada siklus II. Pembelajaran ini juga berkontribusi dalam membentuk karakter siswa yang lebih religius dan santun, baik di lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Saran
Guru diharapkan terus menggunakan media visual sebagai bagian dari strategi pembelajaran. Media ini mampu meningkatkan daya tarik materi dan memotivasi siswa untuk belajar. Selain itu, guru perlu memperbanyak aktivitas praktik langsung seperti simulasi berbicara atau permainan peran untuk mengasah keterampilan siswa secara nyata.
Siswa diharapkan dapat mengaplikasikan etika berbicara yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Siswa juga perlu memperluas wawasan dengan mencari sumber belajar lain, seperti video edukatif atau bacaan inspiratif, untuk memperkaya pemahaman mereka tentang pentingnya memelihara lisan
Sekolah diharapkan mendukung guru dalam menyediakan media pembelajaran yang inovatif, seperti perangkat multimedia dan akses internet untuk mengunduh bahan visual yang relevan. Selain itu, program pelatihan bagi guru terkait penggunaan teknologi dalam pembelajaran dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah terima kasih kepada ayah, ibu, istri serta keluarga, kerabat, dosen, rekan kerja yang telah mendukung dan mendo’akan selama proses penelitian ini berjalan dengan lacar dan dukungan penuh sehingga saya dapat menyelesaikan semua ini dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. (Referensi umum untuk setting penelitian, termasuk subjek, tempat, dan waktu. Juga relevan untuk pembahasan populasi dan sampel, khususnya mengenai teknik sampling jenuh).
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. (Membahas tentang penentuan populasi dan sampel, serta teknik pengambilan sampel yang tepat).
Margono, S. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. (Menjelaskan tentang setting penelitian dan pentingnya mempertimbangkan konteks penelitian).
Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. (Referensi utama untuk Penelitian Tindakan Kelas, termasuk penjelasan model spiral Kemmis dan McTaggart).
Madya, S. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta. (Membahas tentang PTK dan langkah-langkah pelaksanaannya).
Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press. (Referensi klasik tentang penelitian tindakan kelas, memberikan dasar teoritis yang kuat).
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. (Menjelaskan tentang variabel penelitian, jenis-jenis variabel, dan cara mengoperasionalkan variabel).
Publihed By MMUNOL
Posted in Pendidikan
This is tab content. Click to edit this text. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.