Guna Mengatasi Kekurangan Tenaga Dokter Specialis Jantung , Kemenkes RI Utus 27 Pendidikan Ke Jepang Dan China

39 views

Share :

DOKTER

MMUNOL.COM – Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, telah secara resmi melepas peserta program fellowship yang akan menjalani pendidikan dan penelitian di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Jepang. Acara yang berlangsung pada hari Senin, 6 Januari, di Kantor Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan di Hang Jebat, Jakarta, ditandai dengan penyerahan Letter of Acceptance (LoA) dan Letter of Guarantee (LoG) kepada para peserta.

BACA JGA ARTIKEL PENDIDIKAN : Penerapan Metode Artikulasi Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VIII SMPN 31 Seluma

Dalam sambutannya, Menkes Budi menekankan betapa pentingnya program ini untuk mengatasi kekurangan dokter spesialis jantung di Indonesia, mengingat penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian di tanah air. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa setiap tahunnya, sekitar 550 ribu orang meninggal akibat penyakit ini. “Penyakit kardiovaskular adalah penyebab kematian yang paling tinggi. Oleh karena itu, kita harus segera mempersiapkan layanan guna menyelamatkan ratusan ribu jiwa yang hilang setiap tahun. Kita perlu memastikan tersedianya peralatan, sumber daya manusia (SDM) kesehatan, dan pembiayaan yang cukup, baik di puskesmas maupun rumah sakit,” jelas Menkes.

TONTON JUGA OFFICIAL YOUTUBE CHANNEL MMUNOLCOM : https://www.youtube.com/@mmunol

Dilanxir dari laman Kemenkes Ri Sehat Negeriku, Menkes menjelaskan bahwa penguatan layanan kardiovaskular saat ini difokuskan di 514 kabupaten/kota. Penanganan penyakit jantung idealnya harus dilakukan dalam waktu kurang dari dua jam. Dalam situasi mendesak tersebut, pasien tidak dapat dirujuk ke tingkat provinsi, sehingga rumah sakit di level kabupaten/kota harus dilengkapi dengan peralatan dan tenaga medis yang memadai. Namun, data Kemenkes menunjukkan bahwa dari 514 kabupaten/kota, 372 di antaranya belum memiliki fasilitas atau tenaga medis untuk layanan seperti kateterisasi jantung atau trombektomi. Angka ini mencerminkan tingginya kebutuhan akan dokter spesialis demi mewujudkan akses kesehatan yang merata.

“Ini adalah tantangan serius bagi sektor kesehatan kita. Program fellowship ini menjadi langkah strategis untuk mengatasi kekurangan dokter spesialis jantung yang sangat dibutuhkan, sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan jantung di Indonesia,” ujar Menkes.

Pada batch ini, Kemenkes memberangkatkan 27 dokter spesialis, terdiri dari 22 dokter spesialis kardiologi intervensi dan 5 dokter spesialis neurologi intervensi. Program ini didanai melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) sebagai wujud kolaborasi lintas sektor antara Kemenkes dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Para peserta fellowship akan menjalani pendidikan intensif selama satu tahun di beberapa rumah sakit ternama di RRT dan Jepang, seperti Fudan University Zhongshan Hospital, Zhongda Hospital, dan Sapporo Cardiovascular Center. Program ini bertujuan untuk memperdalam keahlian peserta di bidang kardiologi, terutama dalam hal diagnosis, pengobatan, dan teknologi terkini penanganan penyakit jantung.

Terdapat juga 28 kabupaten/kota di Indonesia yang telah memiliki fasilitas catheterization laboratory (cath lab), tetapi belum memiliki tenaga medis yang cukup. Di sisi lain, ada 6 kabupaten/kota dengan tenaga medis namun tanpa dukungan fasilitas memadai. Diharapkan, program fellowship ini dapat menjadi solusi strategis untuk menutup kesenjangan tersebut.

“Setelah menyelesaikan program ini, kami berharap Anda membagikan pengalaman kepada rekan-rekan lainnya. Jika ada yang perlu diperbaiki, laporkan kepada kami agar bisa segera ditangani. Namun, jika ada hal positif yang Anda temui, bagikan juga agar mereka tahu dan berani mencoba. Ingatlah, tujuan utama kita adalah menyelamatkan masyarakat,” harap Menkes.

Sementara itu, Plt. Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan, dr. Yuli Farianti, M. Epid, menyatakan bahwa program fellowship ini bukanlah langkah pertama. Sebelumnya, pada tahun 2024, batch pertama telah memberangkatkan 16 dokter ke China. Program ini juga didukung melalui kerja sama dengan berbagai mitra internasional, termasuk lembaga pendidikan tinggi dan rumah sakit pengampu.
Ke depan, pemerintah akan terus melakukan pemantauan terhadap efektivitas program ini. Dengan total kuota 47 fellowship kardiologi intervensi dan 5 fellowship neurologi intervensi di luar negeri setiap tahunnya, diharapkan kesenjangan dalam layanan kesehatan dapat semakin teratasi.

Bagi para peserta, program ini merupakan sebuah kesempatan sekaligus tanggung jawab yang besar. Dr. Bayushi Eka Putra, salah satu peserta dari RSUD Berkah Pandeglang yang akan menjalani fellowship di Sapporo Cardiovascular Center, menyatakan, “Ini adalah kesempatan untuk memperdalam keahlian sekaligus berkontribusi lebih besar kepada masyarakat. ”

Dengan langkah ini, pemerintah optimis dapat mempercepat transformasi sistem kesehatan di Indonesia, sehingga pelayanan kesehatan berkualitas dapat diakses oleh semua wilayah, bukan hanya oleh segelintir daerah saja.

Posted in

Berita Lainnya

Berita Terbaru

webad_pasang-iklan

Video

Video

Terbaru
Populer

This is tab content. Click to edit this text. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.

Teknologi

Visitor

  • 0
  • 1
  • 184,912
  • 30,662