Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VIII SMPN 28 Mukomuko

106 views

Share :

Artikel Pendidikan 

DEDI MARYANTO, S.Pd.I
Mahasiswa PPG Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Bengkulu ( UINFAS )
dedimaryanto85@gmail.com

ABSTRAK

Rumusan masalah dalam terdapat peningkatan prestasi belajar PAI setelah menggunakan metode demonstrasi pada siswa kelas VIII SMPN 28 Mukomuko. Tujuan penelitian ini mengetahui peningkatan prestasi belajar PAI setelah menggunakan metode demonstrasi pada siswa kelas VIII SMPN 28 Mukomuko. Penelitian ini menggunakan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dari hasil penelitian, disimpulkan penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran PAI kelas VIII SMPN 28 Mukomuko sebagaimana yang telah peneliti lakukan, terbukti dengan penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran PAI memuaskan, dari kegiatan belajar mengajar pada observasi awal, siklus Isiklus II, dan siklus III. Indikator peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil belajar siswa sebelum tindakan (pre tes), siklus I sampai siklus III terus meningkat. Terdapat peningkatan pada prestasi belajar siswa yang semula nilai rata-rata pada pre tes sebesar64,23 pada siklus I sebesar 72,30 meningkat 12%, siklus II sebesar 76,34 meningkat 18%, dan siklus III sebesar 87,30 meningkat 35%.

Kata Kunci: Metode Demonstrasi, Prestasi belajar, Pendidikan Agama Islam.
1. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal terpenting dan termasuk faktor yang urgen dalam membangun negara Indonesia, pendidikan juga merupakan faktor yang sangat menentukan bagi terlaksananya suatu tujuan hidup bangsa. Begitu pentingnya pendidikan, dan untuk
mencapai tujuan yang maksimal, maka pendidikan atau pembelajaran harus disusun dan ditata sebaik mungkin demi tercapainya tujuan pendidikan yang dimaksud.

Adapun tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serat peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.

Peningkatan kecerdasan bangsa adalah salah satu tujuan pembangunan nasional dalam bidang pendidikan sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005, yaitu: “Pembangunan Nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan beradab berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945”.

Hal yang sama pun tertuang dalam Undang-Undang no. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa: “Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Terdapat beberapa hal yang sangat penting untuk dikritisi dari konsep pendidikan menurut Undang-Undang tersebut, yaitu:
a. Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana, hal ini berarti proses pendidikan di sekolah bukanlah proses yang dilaksanakan secara asal-asalan dan untung-untungan, akan tetapi proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan.
b. Proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, hal ini berarti pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses belajar. Pendidikan tidak semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar akan tetapi bagaimana memperoleh hasil atau proses belajar yang terjadi pada diri anak. Dengan demikian dalam pendidikan antara proses dan hasil belajar harus secara seimbang.
c. Suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan itu berorientasi pada siswa (student active learning). Pendidikan adalah upaya pengembangan potensi anak didik. Dengan demikian, anak harus dipandang sebagai organisme yang sedang berkembang dan memiliki potensi. Tugas pendidik adalah mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak didik bukan menjejalkan materi pelajaran atau memaksa anak dapat menghafal data
dan fakta.
d. Akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini berarti proses pendidikan
berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan.

Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara holistic, yang memungkinkan anak didik berkembang secara optimal. Dengan demikian, pendidikan seyogyanya menjadi wahana strategis bagi upaya mengembangkan
segenap potensi individu, sehingga cita-cita membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai. Sedangkan tujuan pendidikan Islam sendiri, menurut Muhaimin (2008: 96) yaitu: a (terbentuk “Insan Kamil” (manusia universal, conscience) yang mempunyai wajah-
wajah Qur’ani, b) terciptanya insan kaffah yang memiliki dimensidimensi religius, budaya dan ilmiah, c) penyadaran fungsi manusia sebagai hamba, khalifah Allah serta sebagai warosatul anbiya’ dan memberikan bekal yang memadai dalam rangka pelaksanaan fungsi
tersebut.

Untuk mencapai tujuan tersebut guru tidak hanya cukup menyampaikan materi pelajaran semata-mata, akan tetapi, guru harus pandai menciptakan suasana belajar yang baik, serta mempertimbangkan dalam pemakaian metode yang sesuai dengan materi
pelajaran dan sesuai pula dengan keadaan anak didik.

Tujuan pembelajaran agama Islam harus dirumuskan dengan bentuk behavioral atau berbentuk tingkah laku dan juga measurable atau bisa diukur. Hal ini membutuhkan strategi pembelajaran yang khusus, yakni kondisi yang diciptakan oleh guru dengan sengaja yang
meliputi metode, materi, media dan lain-lainnya agar siswa dipermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Pendidikan Agama Islam sebenarnya tidak hanya cukup dilakukan dengan pendekatan teknologi karena aspek yang dicapai tidak cukup
kognitif tetapi justru lebih dominan yang efektif dan psikomotorik, maka perlu pendekatan yang bersifat non teknologi. Pembelajaran tentang akidah dan akhlak lebih menonjolkan aspek nilai, baik ketuhanan maupun kemanusiaan yang hendak ditanamkan dan
dikembangkan pada diri siswa sehingga dapat melekat menjadi sebuah kepribadian yang mulia.

Disamping perlu adanya reformulasi materi-materi PAI yang selama ini menjebak pada ranah kognitif dengan mengabaikan ranah psikomotorik dan afektif, materi PAI dipandang masih jauh dari pendekatan pendidikan multi cultural, akibatnya masih banyak kerusuhan yang dipicu dari masalah. Untuk itu materi pendidikan agama hendaknya merupakan sarana yang efektif untuk menginternalisasi nilai-nilai atau aqidah inklusif pada peserta didik.

Berdasarkan observasi awal yang peneliti laksanakan di kelas VIII SMPN 28 Mukomuko, kondisi pembelajaran PAI yang dilaksanakan oleh para guru masih secara konvensional. Pembelajaran PAI lebih banyak dilakukan dengan metode ceramah tanpa menggunakan berbagai metode pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga proses belajar mengajar cenderung membosankan bagi siswa karena menjadikan siswa sebagai subjek belajar yang pasif, tidak mampu mengingat konsep yang telah dipelajari sehingga tidak mampu menjawab pertanyaan secara benar. Hal ini pada akhirnya mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa. Kelemahan siswa dalam pelajaran PAI berkaitan erat dengan kurangnya pemahaman pada praktek ibadah. Pembelajaran yang dilakukan kelas VIII SMPN 28 Mukomuko pada mata pelajaran PAI, dikatakan belum tuntas dikarenakan perolehan ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 40 %.

Dengan melihat realita yang terjadi di lapangan maka peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode demonstrasi. Berdasarkan latar belakang masalah ini maka penulis tertarik untuk meneliti dan menelaah tentang keefektifitasan metode demonstrasi yang dalam mata pelajaran PAI di SMPN 28 Mukomuko, yang penulis tuangkan dalam bentuk skripsi berjudul “Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Di SMPN 28 Mukomuko”.

2. Metode Penelitian
a. Jenis penelitian
Berdasarkan jenisnya, penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Sukmadinata (2008: 140) mengemukakan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu pencarian sistematik yang dilaksanakan oleh para pelaksana
program dalam kegiatannya sendiri (dalam pendidikan oleh guru, dosen, kepala sekolah dan konselor) dalam mengumpulkkan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi.
b. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat dimana proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 28 Mukoomuko pada semester ganjil tahun ajaran 2022/2023.
c. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMPN 28 Mukomuko dengan jumlah 26 siswa.
d. Prosedur Penelitian
Penelitiini ini akan melaksanakan minimal 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Gambar 1: Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan Taggart (Hartiny Sam’s: 2010: 73)
e. Teknik pengumpulan Data
1) Observasi
Margono (2008: 158) mendefinisikan observasi adalah pengamatan dan pencatatatan secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada objek penelitian. Adapun observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode demontrasi. dalam penelitian ini adalah kegiatan guru mengajar dan siswa belajar dengan menggunakan metode demontrasi.
2) Tes
Arikunto (2007: 127) menjelaskan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes diberikan kepada siswa pada setiap siklus di akhir pembelajaran.
3) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan yang diteliti. Dokumen tersebut dapat berupa arsip-arsip, buku, daftar nilai, daftar hadir.
f. Teknik Analisis Data
Statistik deskriptif dalam analisis ini adalah dengan menghitung rata-rata tingkat keberhasilan siswa dan peningkatan serta mencari persentase ketuntasan belajarnya. M = Mencari Rata-rata
Ket : Σx = Nilai siswa, N = Jumlah Siswa
Sedangkan untuk prestasi siswa akan dideskripsikan melalui hasil nilai tes. Prestasi siswa akan dilihat dari tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Berdasarkan nilai yang diperoleh oleh siswa, dilihat tingkat penguasaan siswa dengan standar penilaian
sebagai berikut:

Tabel 1
Kategori Nilai Hasil Tes Siswa
No Kategori Interval
1 Istimewa 100
2 Baik Sekali 76-94
3 Baik 66-75
4 Kurang < 65

3. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan antara sebelum dan sesudah implementasi metode demonstrasi, menunjukkan hasil belajar yang signifikan, dimana rata-rata prestasi belajar sesudah implementasi metode demonstrasi lebih besar dari nilai sebelumnya. Berdasarkan observasi siklus I yang telah dilaksanakan, dapat diketahui bahwa penerapan metode demonstrasi dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang semula nilai rata-rata pada pre test sebesar 64,23 menjadi meningkat 72,30.

Hasil observasi siklus I ini menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa namun belum begitu memuaskan, hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa belajar dengan menggunakan metode demonstrasi dan menjawab kuis yang diberikan kepada tiap individu. Kegiatan diskusi kelas pada siklus I kurang dapat memberi sumbangan pemikiran siswa sehingga jawaban yang dihasilkan belum memuaskan. Siswa belum berani atau masih malu untuk mengemukakan pendapat dalam kegiatan diskusi, mereka belum berani atau malu untuk saling berpendapat. Prestasi belajar merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik internal maupun eksternal.

Setelah siklus II dilaksanakan, siswa terlihat semakin terbiasa dengan metode demonstrasi. Dari hasil observasi siklus II yang telah dilaksanakan, dapat diketahui bahwa penerapan metode demonstrasi terdapat peningkatan prestasi belajar siswa yang semula nilai rata-rata pada siklus I 72,30, dan pada siklus II sebesar 76,34. Prestasi belajar siswa yang semula nilai rata-rata pada pre test sebesar 64,23 meningkat sekitar 12% dan dilanjutkan sklus II sehingga meningkat jadi 18%. Maka peneliti meneruskan pada siklus
III dengan harapan hasil yang diperoleh akan lebih baik.

Pada saat siklus III ini siswa sudah sangat terbiasa melakukan metode demonstrasi karena sudah beberapa kali mereka lakukan. Dari hasil observasi pada siklus III yang telah dilakukan menunjukkan prestasi yang sangat meningkat yang mana pada pre tes siswa mendapat rata-rata 64,23, pada sklus I mendapat rata-rata 72,30 dan siklus II mendapat nilai rata-rata 76,34 sedangkan pada siklus III 87,30. Apabila kita ukur perkembangan siswa sejak dari pre tes sampai sklus III mengalami peningkatan kurang lebih 35%

Pada siklus I, II, dan III tampak terjadi perubahan pada kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas. Perubahan kondisi belajar tersebut dapat dilihat dari semakin aktifnya siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar setelah diterapkannya metode demonstrasi, hal ini disebabkan karena dalam penerapan metode demonstrasi siswa dituntut untuk berperan aktif dan di dorong untuk berkompetisi dalam kelas, karena dukungan sesama siswa dan keragaman pendapat, pengetahuan, serta keterampilan siswa akan membantu menjadikan belajar lebih berharga dan bermakna.

4. Kesimpulan
Berdasarkan penyajian dan pembahasan data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran PAI siswa kelas VIII SMPN 28 Mukomuko sebagaimana yang telah peneliti lakukan, terbukti dengan penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran PAI memuaskan, dari kegiatan belajar mengajar pada observasi awal, siklus I siklus II, dan siklus III. Indikator peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil belajar siswa sebelum tindakan (pre tes), siklus I sampai siklus III terus meningkat. Terdapat peningkatan pada prestasi belajar siswa yang semula nilai rata-rata pada pre tes sebesar 64,23 pada siklus I sebesar 72,30 meningkat 12%, siklus II sebesar 76,34 meningkat 18%, dan siklus III sebesar 87,30 meningkat 35%.

REFERENSI
Al-Qur’an dan Terjemahannya. Departemen Agama RI. 2005. Bandung: Diponegoro.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta.
Chulsum dan Novia. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko.
Depag RI, 2005. Kurikulum Madrasah Tsanawiyah (Standar Kompetensi). Jakarta: Diponegoro.
Hamalik, Omar. 2009. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara, Jakarta.
Ibrahim dan Nana Syaodah, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta,1996),
Jhon M. Echols dan Hasan Shadly. 2000. Kamus Inggris- Indonesia, (jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Indonesia.
Margono, S. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Moleong, L, J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhaimin, 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.
Purwanto, Ngalim. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT RemajaRosdakarya
Sams, Rosma Hartiny. 2010. Model Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakata: Teras
Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Gravindo Persada, Jakarta.
Sudijono, Anas. 2010. Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Sukmadinata, Nana yaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Usman, Basyiruddin. 2002. Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.
Undang-Undang Sitem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003: 2007. Jakarta: Pustaka merah putih.

Published by MMUNOL

Posted in

Berita Lainnya

Berita Terbaru

webad_pasang-iklan

Video

Video

Terbaru
Populer

This is tab content. Click to edit this text. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.

Teknologi

Visitor

  • 0
  • 0
  • 168,835
  • 28,133